Jangan Pernah Melalaikan Orang Tua

Suara HP berdering beberapa kali. Aku bangun... lalu angkat dan jawab telepon masuk.

"Kaaak...!!" suara adik terdengar, "Pesan Ibu.. Kakak disuruh pulang sekarang... Penting. Ini soal bapak..."

Jantungku langsung berdegup kaget. Seketika itu juga aku langsung termenung... Ingat orang tua, terlintas wajah ayah yang sudah menua ... Ketika ayah menggendong aku ke sawah... Mengantar ke Surau untuk belajar mengaji.

Tidak terasa air mataku menetes... Ayah, maafkan aku, aku lalai... Belum bisa berbakti sepenuhnya kepada ayah. Apalagi membahagiakanmu.

"Ya Allah ampuni aku. Titip ayahku... Jaga kesehatannya dan panjangkan umurnya..."

Saat itu juga, dengan buru-buru, aku mengunci pintu rumah. Lalu langsung hidupkan motor dan berangkat. Sepanjang jalan, aku amat hati-hati dan tetap fokus ke ayah... Takut ada apa-apa...

Hatiku makin kecut dan ciut. Sampai di kampung, terlihat begitu banyak bendera kuning. Banyak orang berkerumun, meja dan kursi tertata rapi. Hati semakin gak karuan... Air mata sudah jatuh duluan, bercucuran... Bendera kuning sudah menandakan kejadian sesungguhnya...

Sampai di depan rumah, bendera kuning makin banyak. Motor aku sandarkan asal-asalan. Kakipun terasa makin berat untuk melangkah. Aku langsung merangsek masuk ke dalam rumah, tidak lagi memperhatikan tetangga yang berdatangan, karena hati sudah gak karuan...

Pas masuk... Ibu langsung merangkulku.

"Ujang... Bapakmu nak..."

Aku tak menjawab karena menahan tangis...

"Bapak kamu, Nak... Sekarang diangkat menjadi ketua GOLKAR..."

Sent by: e-ketawa posted on 26 October 2022