Mengecilkan Perut Demi Mempertahankan Periuk Nasi

Pagi hari itu, di depan pintu keluar lapangan parkir aku berjumpa dengan Pak Marno yang kesehariannya mengendarai mobil seorang bos perusahaan, dia keseluruhan orang nampak sangat lesu dan tak bersemangat. Melihat keadaan ini aku dengan basa basi menanyanya: "Pak Marno rupanya belum sarapan nih? Pagi-pagi kok sudah tak bertenaga?"

Pak Marno dengan senyum kecut berkata: "Aku memang benar masih belum sarapan,"

Mendengar omongan ini aku berkata lebih lanjut dengan maksud menggodanya: "Rupanya Bapak juga belajar diet dari anak-anak perempuan muda modern untuk melangsingkan tubuh, nih."

Sesudah mendengar perkataanku ini, Pak Marno berkata sambil menepuk-nepuk perutnya yang gendut bagaikan wanita hamil tua dengan tangannya: "Bukan untuk melangsingkan tubuh, melainkan untuk melindungi periuk nasiku."

Karena tak mengerti aku menanyanya lebih lanjut: "Apa kaitannya dengan perut buncit? Perut yang buncit toh tidak mempengaruhi Bapak mengendarai mobil."

Apa daya dengan terpaksa Pak Marno menjelaskannya secara agak terperinci: "Berhubung perutku lebih besar daripada perut Pak Bos, biasanya para pelanggan selalu menjabat tanganku lebih dulu, baru kemudian berjabatan tangan dengan Pak Bos, oleh karena itu Pak Bos mengeluarkan perintah, bila aku tidak berusaha mengecilkan perutku, aku akan dipecat."

Sent by: Peter Tan posted on 07 August 2012