Takut Dengan Ulat Bulu
Silvi kecil sedang mengikuti kegiatan camping pertamanya bersama dengan ayah dan pamannya.
Sementara ayah dan pamannya memasang tenda Silvi yang tomboi itu berlari lebih dalam ke kebun perkemahan dan memanjat sebuah pohon. Tidak lebih dari lima belas menit dia sudah kembali ke kemahnya dengan kaki berdarah dan wajah pucat.
"Ada apa?!" tanya ayahnya.
"Aku diserang ulet bulu!" tangis Silvi meraung-raung.
Ayah dan pamannya langsung tertawa terbahak-bahak, "Ulet bulu itu tidak mematikan, Silvi!"
"Dengar," geram Silvi dengan rasa kesal, "kalau ulat bulu itu bisa membuat Ayah dan Paman lompat dari ketinggian dua meter, dia bisa sangat mematikan!"
Sementara ayah dan pamannya memasang tenda Silvi yang tomboi itu berlari lebih dalam ke kebun perkemahan dan memanjat sebuah pohon. Tidak lebih dari lima belas menit dia sudah kembali ke kemahnya dengan kaki berdarah dan wajah pucat.
"Ada apa?!" tanya ayahnya.
"Aku diserang ulet bulu!" tangis Silvi meraung-raung.
Ayah dan pamannya langsung tertawa terbahak-bahak, "Ulet bulu itu tidak mematikan, Silvi!"
"Dengar," geram Silvi dengan rasa kesal, "kalau ulat bulu itu bisa membuat Ayah dan Paman lompat dari ketinggian dua meter, dia bisa sangat mematikan!"